Sejarah : Sejarah Berdirinya Asean

Sejarah : Sejarah berdirinya asean| ASEAN kepanjangannya ialah Association of South East Asia Nations, maksudnya ialah Organisasi Kewjawna Regional Negara-negara Asia Tenggara. Kerjasama itu di bidang Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan. Negara-negara yang terletak di Asia Tenggara ialah Birma, Muang Thai, Malaysia, Singapura, Indonesia, Phiipina, Indo China (termasuk di dalamnya Vietnam, Kamboja, Laos). Sedang yang masuk ASEAN ialah Indonesia, Malaysia, Singapura, Muang Thai dan Philipina. Dan yang tidak masuk ASEAN ialah : Birma dan Indo China (Vietnam, Kamboja dan Laos). 


A. SEJARAH BERDIRINYA ASEAN

Sejak awal Kemerdekaan, Republik Indonesia menempuh politik luar negeri yang bebas aktif. Dalam pelaksanaan politik luar negerinya itu Indonesia berusaha aktif agar negara-negara di kawasan Asia. Tenggara bebas dan pengawasan asing dan dapat hidup berdampingan secara damai dan saling menguntungkan dengan negara-negara tetangganya. Untuk maksud itu kemudian diadakan usaha-usaha antara lain pada tanggal 5 Agustus 1963 diadakan konperensi tingkat tinggi di Manila.
Konfrensi Tingkat Manila [5 Agustus 1963].
Yang melakukan konfrensi itu. ada tiga negara yaitu 
  1. Indonesia,
  2.  Malaya 
  3.  Philipina.
Bertempat : Manila - Philipina. Ketua delegasi Indonesia : Presiden Sukarno. Ketua delegasi Malaya PM Tengku Abdur Rahman. Ketua delegasi Philipina : Presiden Maca Pagal.


Hasil dari pada KTT-Manila itu antara lain ialah:
1.Malaysia tidak akan dibentuk sebelum dilaksanakan pemilihan umum dan Rakyat Kalimantan Utara (Sabah dan Serawak).
2.Hasil dan pemilihan yang sudah (yaitu yang diadakan oleh Inggris sebelum itu) menjadi bahan pertimbangan sesudah mendapat penyelidikan yang seksama oleh Sekjen PBB.
3.PBB akan menginimkan team-team pekerja untuk melaksanakan self determination (penentuan nasib sendiri) itu. Sedangkan Indonesia, Malaysia dan Philipina diperbolehkan mengirimkan peninjau-peninjau ke Kalimantan Utara pada waktu berjalanuya hak self determination itu.
4.Tawanan-tawanan dan penduduk Sabah/Serawak yang men gungsi ke daerah luar Kalimantan Utara harus dibeni hak pula untuk mengeluarkan suara dalam penentuan self determination itu.
            Maksud dan tujuan diadakannya KTT Manila itu ialah agar supaya ada saling pengertian antara ketiga negara itu tentang hak dan kewajiban untuk menjaga keselamatan dan perdamaian di daerah Asia Tenggara. Jadi sebelum diadakan KIT Manila itu sudah tampak jelas, bahwa akan didirikan suatu negara federasi Malaysia yaitu terdiri dani Malaya Singapore dan Kalimantan Utara) yang dipimpin oleh Tengku Abdurrahman dan Malaya. 
 
Maphilindo [Malaysia - Phifipina - Indonesia]. 
Di dalam sidang KTT Manila itu diambil juga keputusan tentang akan dibentuknya “Musyawarah Maphilindo” dan tiga negara rumpun Melayu di Asia Tenggara itu.
Maksud membentuk Maphilindo itu akan mengadakan pertemuan secara berkala untuk membicarakan kepentingan bersama berdasarkan prinsip-prinsip Bandung dan mildaritas Asia-Afrika.

Nefo dan Oldefo.
        Puncak peiaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif pada waktu diselenggarakannya Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Tetapi sejak masa’ demokrasi terpimpin menempuh politik luar negeri yang senada dengan politik luar negeri negara-negara komunis terutama blok komunis RRC. Garis pokok politik luar negeri yang drangani oleb Menteri Luar Negeri Dr. Subandrio itu ialah pengkelompokan kekuatan-kekuatan politik dunia “New Emergang Forcesdisingkat “Nefo” (artinya kekuatan baru yang timbul) terdiri dan negara Indonesia dan negara-negara komunis, sedang negara-negara yang tidak masuk Nefo yaitu negara-negara Barat digolongkan Old Esatalished Forcesdisingkat Oldefo (= berdirinya kekuatan lama). Dalam pelaksanaan politik luar negeri Nefo - Oldefo itu, Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno mengadakan konfrontasi terhadap Malaysia, karena Malaysia itu dianggap Neo kolonialisme Inggeris.
16 September 1963.
Reaksi Terhadap Proklamasi Negara Malaysia.

        Team Penyelidik self determination dan PBB dipimpin oleh Michelmore dan penyelidikan dilaksanakan di Kalimantan.Utara. Kemudian sebelum penyelidikan selesai, diproklamasikanlah negara “Malaysia” yang meliputi Malaya - Singapore - Kalimantan Utara di bawah pimpinan Perdara Menteri Malaya Tengku Abdur Rahman Putera. Malaysia mendapat pengakuan dan luar negeri, terutama dan negara-negara yang pro negara Brat. Dengan sendirinya Malaysia terus berlangsung diterima menjadi anggota PBB.

         Akibat dan tindakan tersebut ialah Indonesia menyatakan konfrontasi terhaclap Melaysia (3 - 5 – 1964
 Setelah menjelang beberapa bulan lagi Malaysia diterima menjadi anggota Dewan Keamanan PBB
.
      Akibatnya Indonesia menyatakan keluar dan keanggotaan PBB. (7 Januari 1965). Hal itu terjadi kárena adañya pengaruh RRC yang pada waktu itu bukan termasuk anggota PBB. indonesia bersedia masuk PBB bila PBB sudah merombak ole Piagamnya untuk disesuaikan dengan keadaan Zaman. memulai saat itulah antara negara Indonesia dan Malaysia di dalarn suasana permusuhan yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bahaya peperangan 


3 Mel 1964.
Konfrontasi terhadap Malaysia.

            Konfrontasi ialah suatu tantanga n politik dan suatu negara terhadap negara lain yang dianggap membahayakannya. Konfrontasi itu dimulai dengan komando Presiden Sukarno yang terkenal disebut Dwikomando Rakyat [Dwikora]
 Isi Dwikomando Rakyat [Dwikora] :
1. Menggañyang Negara Boneka Malaysia (Neokolonialisme) buatan Inggris.
2. Membantu perjuangan rakyat Kalimantan Utara (daerah Malaysia) untuk memperoleh kemerdekaan.
Adapun sebab-sebabnya Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno melakukan koñfrontasi itu ialah:
1. Penginjak-injakan Manila Agreement oleh Tengku Abdur Rahman.
2. Kepalsuan penyelidikan Michelmore.
3. Diproklamasikannya Malaysia sebelum penyelidikan Michelmore selesai. Akibat dan pada politik konfrontasi itu ialah:
Bagi Indonesia :
1. Menambah kekuatan ABRI.
2. Terciptanya poros : Jakarta - Pnompenh. Hanoi - Peking - Pyongyang (yaitu poros blok komunis).
             Bagi Malaysia :
1. Malaysia menambah kekuatan militernya.
2. Singapore melepaskan diRI dan Malaysia, karena menderita
kesukaran ekonomi.
Selama politik konfrontasi itu berjalan, selama itu juga rakyat-rakyat di dalam wilayah negara-negara yang tersaugkut oleh politik konfrontasi itu menderita kesukaran, terutama penderitaan dalam bidang ekonomi. Kecuali itu dengan adanya konfrontasi itu juga menggagalkan usaha pembentukan Maplllndo. 

Doktrin Sukarno – Macapagal
              Isinya menganjurkan tentang masalah Asia harus diselesaikan oleh .bangsa Asia sendiri dan secara Asia. Doktrin tersebut sekaligus menolak adanya intervensi dan luar dan dan manapun juga. Oleh karena itu Doktrin Sukarno - Macapagal saugat tepat dan baik untuk sebagai pedoman kerjasama bagi bangsa-bangsa Asia, terutama Asia Tenggara. Tetapi pada masa pemerintahan kedua tokoh itu belum Tenggara: dapat terorganisir. 

Penyelesaian masalah Malaysia.
Setelah Indonesia dipegang oleh pemerintahan Orde Baru, terus diusahakan penyelesaian dengan Malaysia dengan pedoman yang ada.
a. Berpegang prinsip cinta kemerdekaan dan perdamaián Indonesia suka menyelesaikan masalah tersebut secara damai.
b. Pemulihan hubungan baik di antara negara sesama rumpun  Melayu berdasarkan persetujuan Manila adalah wajar, yaitu untuk mengakhiri politik konfrontasi.
           Sebagai realisasinya dilaksanakanlah perjanjian perdamaian Bangkok yang ditanda tangani tanggal 11 Agustus 1966 oleh Menlu jaman dahulu Indonesia Adam Malik dan Menlu Malaysia Tun Abdul Razak. Bentuk Perdamaian Bangkok itu antara lain memuat : Indonesia akan  mengakui Malaysia sepenuhnya apabila ternyata sudah diadakan  pemungutan suara self determination di Kalimantan Utara dan terbukti mereka suka menggabung Malaysia. 
Kemudian berselang beberapa bulan dilaksanakanlah self determi nation pada bulan April 1967, dan hasilnya membuktikan bahwa sebagian besar rakyat Kalimantan Utara suka menggabung Malaysia. Jadi Malaysia tetap berdiri dengan Kalimantan Utara ikut di dalamnya
Kemudian berselang beberapa bulan dari peristiwa tersebut  dibentuklah ASEAN, di mana Indonesia termasuk sebagai pelopornya. Kemudian Arti ASEAN bagi Indonesia ialah ; dengan adanya ASEAN  Indonesia dapat bersama negara-negara anggota ASEAN membina  ketahanan nasionalnya masing-masing, dengan demikian dapat terbina lah ketahanan kawasan Asia Tenggara. Sedang dalam kawasan Asia Tenggara ini yang paling luas adalah kawasan Indonesia (Nusantara), dibanding dengan kawasan negara-negara anggota ASEAN yang lain. untuk Karena itulah ASEAN mempunyai arti penting bagi Indonesia. 



B. PENDORONG TERBENTUKNYA ASEAN

        Setelah kita mengetahui sejarah negara-negara Asia Tenggara, ternyata bahwa bangsa-bangsa Asia Tenggara banyak memiliki  kesamaan yang merupakan pendorong terbentuknya kerjasama yang   kemudian kita kenal dengan nama ASEAN.

Pendorong itu terdiri dan  beberapa faktor, yaitu 
1. Faktor letak [geografi].
Peta dunia memperlihatkan pada kita bahwa letak kawasan Asia Tenggara:

a) Terletak di tengah-tengah semua benua dan pada lintasan perairan yang strategis, yang sangat menguntungkan Asia Tenggara.
b) Terletak pada satu kelompok bumi di atas dasar yang bersamaan.

Dengan adanya dua faktor tersebut menjadikan adanya kesatuan pengertian politlk yang sama. Karena itu mengharuskan adanya kerjasama. 



2. Faktor sejarah.
Kalau kita lihat jalur benang hijau sejarah Asia Tenggara sejak jaman dahulu hingga sekarang, tampaklah adanya bermacam-macam bentuk persamaan dan kerjasama, yaitu antara lain
a) Kerjasama perdagangan Asia Tenggara yang berpusat di Sriwijaya.
b) Kerjasama bidang keamanan untuk menanggulangi bahaya  Mongol dan China, pada jaman Kertanegara - Singosari.
c) Kerjasama di segala bidang dengan dasar kesetia kawanan Asia Tenggara yang dahulu terkenal dengan istilah “Mltreka satata”pada jaman Majapahit.
d) Kerjasama penyebaran agama Islam, pada jaman kebesaran Samudera Pasai dan Malaka (abad 15).
e) Kemudian jaman penjajah oleh bangsa Barat, seluruh bangsa Asia Tenggara kecuali Muang Thai senasib dijajah oleh bangsa Barat.
f) Akhirnya sekarang seluruh bangsa Asia Tenggara senasib sebagai bangsa yang taraf hidupnya tergolong miskin (negara  berkembang). Karena itulah mengharuskan adanya kerjasama untuk mengejar ketinggalan

3. Faktor keamanan.
        Sebagaimana sudah kita ketahui, bahwa letak Asia Teaggara adalah strategis, daerahnya kaya akan bahan hasil alamnya, tenaga kerja murah. Karena itu bangsa lain menginginkan daerah ini Hal :
a) Kedatangan kaum penjajah pada masa yang lalu.
b) Pada masa kini puluhan juta China perantauan, baik dan RRC maupun dan Taiwan bertebaran di Asia Tenggara, dan pada umumnya mereka mempunyai kedudukan yang kuat di bidang ekonomi
Mengenai penjajah bentuk lama itu kira sudah lalu, tetapi imperialis modern yang berbentuk ideologi dan ekonomi bisa juga terjadi, dengan adanya penarikan pasukan USA dan Inggris dan Asia Tenggara yang berakibat:
a) Perubahan dan penggeseran politik dunia dan, pihak Rusia,
RRC dan Jepang.
b) Jatuhnya Vietnam Selatan dan Kamboja ke tangan komunis.
Masalah.masalah tersebut di atas angat peka terhadap gangguan keamanan di Asia Tenggara. Karena itu harus ditertibkan engan jalan usaha bersama.
4. Fakto ekonomi. 
Bangsä-bangsa atau negara-negara Asia Tenggara masih tergolong negara yang erekonomi lemah, negara yang sedang berkembang ( under development). Untuk mencapai kemajuan ekonomi harus dihadapi bersama dengan mengadakan keijasama dl bidang ekonomi.

 5. Faktor Soslal - Budaya. 
 Bangsa-bangsa Asia Tenggara memiiki dasar-dasar kebudayaan yang sama, karena asalnya dan satu tempat, yaltu dan propinsi Yunan ( Indo China sekarang). Pada bidang inipun yang dihadapi banyak persamaannya, baik di bidang sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan. Karena itu di bidang-bidang inipun memerlukan kerjasama di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara.

itulah SEJARAH BERDIRINYA ASEAN atau SEJARAH TERBENTUKNYA ASEAN di semoga bermanfaat khususnya bagi para pembaca dan terima kasih telah berkunjung di . sekali lagi semgoa bermanfaat . Amin... Sumber : Sejarah Kebudayaan Islam, Penulis : Jamil, BA dkk,  Penerbit : CV. TOHA PUTRA semarang Jilid II A, Hal 68-74  )
LihatTutupKomentar