Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja Karyawan

(The Correlation Between Transactional - Transformational Leadership Style Perception and Employees’ Job Satisfaction)

Abstract
The main purpose of this research was to examine the correlation between the transactional and transformational leadership style perception and job satisfaction at Coordination Bureau of South Sumatera Credit Cooperation (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Selatan). This research employed random sampling technique. The subjects of this research were 100 employees. The data were collected using three questionnaires: the transactional leadership, transformational leadership, and job satisfaction questionnaires. Data were analyzed using multiple regression, partial correlation, Pearson’s Product Moment, and t-test analysis. The result of the research are: (1) the was a very significant and positive correlation between transformational leadership style perception and job satisfaction, (2) there was not significant and negative correlation between transactional leadership style perception with job satisfaction, (3) there was a very significant and positive correlation among transactional and transformational leadership style perception with job satisfaction, and (4) there was a very significant difference in job satisfaction between male and female employees.
Keywords: perception, transactional, transformational, job satisfaction

Pendahuluan
Dewasa ini kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu topik yang senantiasa menarik dan dianggap penting, baik oleh ilmuwan maupun praktisi, justru karena kepuasan kerja dipandang dapat mempengaruhi jalannya organisasi secara keseluruhan.
Setiap organisasi memiliki tujuan untuk mencapai kinerja yang seoptimal mungkin. Peningkatan kinerja organisasi yang seoptimal mungkin tidak terlepas dari kepuasan kerja karyawan, sebagai salah satu faktor yang menentukan kinerja organisasi.
Berhadapan dengan usaha peningkatan kepuasan kerja karyawan, salah satu permasalahan dasar adalah bagaimana sebenarnya meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Locke (dalam Berry, 1998) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai emosi positif atau perasaan senang, sebagai hasil dari penilaian seorang karyawan terhadap faktor pekerjaan atau pengalaman-pengalaman kerjanya. Hal ini bersifat abstrak, sehingga tidak dapat diamati secara langsung (Berry dan Houston, 1993). Menurut Berry (1998); Spector dan Jex (1991)
karyawan yang memiliki kepuasan kerja ditunjukkan oleh sikap yang tidak pernah absen, datang tepat waktu, bersemangat dan memiliki motivasi yang tinggi.
Kepuasan kerja, sebagaimana dikemukakan oleh Riggio (1990), merupakan faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karyawan karena sebagian besar waktu karyawan digunakan untuk bekerja. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Judge (1993) melihat adanya hubungan erat antara kepuasan kerja, absensi, pemogokan kerja, dan turnover. Selanjutnya, Herzberg (dalam Wixley dan Jukl, 1988) mengemukakan bahwa kepuasan kerja didukung oleh lima faktor yang meliputi: pekerjaan, rekan kerja, gaji dan
kesejahteraan karyawan, promosi, dan pemimpin.

download jurnalnya
LihatTutupKomentar